Dari kita SD bahkan TK
pasti kita belajar menulis, dari sekedar huruf hingga menjadi kata, dari sebuah kata
hingga menjadi kalimat,dari sebuah kalimat menjadi sebuah paragraf, dan dari
beberapa paragraf terciptalah sebuah tulisan dengan banyak gagasan di dalamnya.
Katanya lidah itu lebih tajam
daripada pedang. Tapi siapa sangka jika tulisan itu jauh lebih tajam dari
lidah. Kenapa begitu?
Tulisan dalam sebuah artikel atau
buku pasti menyampaikan sebuah atau banyak gagasan, dalam gagasan seorang
penulis akan melihat suatu peristiwa dari sudut pandang sang penulis, entah itu
karya fiksi maupun non fiksi. Dan hal itulah yang mempengaruhi pembaca, secara
langsung atau tidak langsung tulisan tersebut akan mengubah persepsi pembaca.
Seseorang yang menulis
hingga menghasilkan karya memiliki banyak potensi untuk melakukan banyak hal,
bahkan hingga sang penulis meninggalpun tulisannya akan tetap dikenang dan
itulah yang disebut sebagai eksistensi diri yang sebenarnya.
Sebagai contoh adalah
sebuah buku yang berjudul “Habis gelap terbitlah terang” siapa yang tidak tahu
judul buku tersebut? Sebuah buku berisi kumpulan surat dari curahan hati
seorang wanita bernama Raden Ajeng Kartini yang disebut sebagai pahlawan dan namanya
begitu harum dan terkenang hingga sekarang. Siapa sebenarnya beliau? Apakah
beliau ikut berperang melawan penjajah? Apakah beliau pejuang yang gugur di
medan perang? Tidak... tapi dari tulisan Raden ajeng kartini inilah namanya
menjadi terkenal hingga sekarang. Tulisannya membangkitkan semangat wanita
Indonesia, tulisannya mampu menginspirasi dan membuka banyak mata, tulisannya
mampu menggerakkan tekad wanita Indonesia untuk bisa mendapatkan peran yang
sama dan hak-haknya sebagai rakyat Indonesia.
Seseorang yang ahli
dalam sebuah bidang jika tidak menghasilkan sebuah karya dalam bentuk tulisan
maka tidak akan terlihat eksistensinya. Menulis dalam bentuk apapun adalah
salah satu kontribusi seseorang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, tidak
harus selalu sesuatu yang berkaitan dengan ilmiah bahkan karya-karya fiksipun
akan menjadi media tersendiri bagi mereka yang ingin mengembangkan
imajinasinya.
Menulis juga bisa
menjadi terapi penghilang stres karena dengan menulis kita bisa mencurahkan
segalanya, tengok saja media sosialmu sekarang pasti dipenuhi dengan
postingan-postingan yang berisi tentang perasaan atau kegiatan teman-temanmu.
Emosi yang meletup-letup apabila dikembangkan bisa menjadi sebuah karya yang
tidak pernah kita bayangkan, asalkan masih dalam batasan-batasan tertentu yang
tentunya tidak menyakiti perasaan orang lain dan juga tidak merugikan orang
lain.
Terlalu panjang untuk
dibahas tapi yang pasti menulis adalah media kita berbagi banyak informasi, dan
kita harus bijak menuliskan hal-hal yang ingin kita tulis, karena ingat
tulisanmu jauh lebih tajam dari lidahmu.
Akhirnya dengan media
ini sayapun tergerak ingin berbagi banyak hal, pengalaman, perasaan, mimpi,
cita-cita dan hal-hal yang saya suka. Semoga apa yang akan saya goreskan
membawa makna dan manfaat untuk diri saya dan banyak orang.
Keep positive thingking
and doing right now, satu langkah kecil yang akan membawa perubahan jauh lebih
baik daripada langkah besar yang masih dalam angan.
lekas tulis dan biarkan membekas
BalasHapuslekas tulis dan biarkan membekas
BalasHapusSiap Pak... :)
BalasHapusMantap may
BalasHapustulisan bs lebih tajam dari lidah
tapi bisa juga jadi amal jariyah
kalau kita menebarkan ilmu yg bermanfaat lewat tulisan2 kita Amiinn
Terus berkarya yeodongsaeng =D
good laaah
BalasHapus